Empat Belas Modal Menuju Kata Pantas
Kamis, 16 Mei 2013
3
komentar
Siapa cerdik naik tinggi, siapa calak menang
terhitung. Mungkin itulah peribahasa yang tepat untuk manggambarkan sebagian
politikus yang ada di atmosfer ibu pertiwi ini. Kepandaian dalam mengungkapkan
runtuyan kata seolah menjadi benteng besar yang menghalangi keretakan niatnya.
Bahkan seribu kesalahan pun mampu disembunyikan dengan ocehan-ocehan semunya.
Memang di muka bumi ini tak ada yang ingin rugi,
namun bukan berarti harus mengambil keuntungan dengan berkedok sebagai sosok
yang berjas. Jika berpikir keluar,
lihatlah, masih banyak jiwa-jiwa yang siang berpanas, malam berembun.
Sesungguhnya itulah yang harus diperhatikan, bukan nafsu belaka. Andai saja
politik di negri ini bersih, tentu ratapan sesosok anak yang mengandalkan
sebuah tutup limun demi sesuap nasi tidak akan ada lagi. Namun itu hanyalah sebuah angan
saja. Susah rupanya bangsa merah putih kita ini berpikir halnya demikian.
Mungkin barisan kata ini terlalu tajam dari sebilah
pisau, namun beginilah fakta yang ada. Sudah menjadi rahasia umum bahwa politik
di negeri Bhineka Tunggal Ika ini sudah tercoreng. Banyak para politikus yang
salah dalam menggunakan wewenangnya. Mereka bersuka ria menikmati permainan
gilanya, mengambil hak orang lain, tanpa rasa bersalah dihatinya. Pemikiran
mereka hanya sekedar jangka rumah tangga saja. Tak pernah ada terlintas
dipikirnya untuk memikirkan mereka yang merana.
Keragaman politik pun masih menjadi sebuah
permasalahan yang cukup rumit di negeri ini. Sudah kita ketahui dan sering
terjadi tentang sesama politikus yang
saling berseteru. Mereka itu tak sadar, rakyat pun tahu, kami pun tahu, tetapi
mereka terus berakting tanpa menyadari status mereka yang seharusnya memberikan
contoh yang baik terhadap masyarakat. Entah untuk hal mencari sensasi atau apa,
yang pasti perseteruan para politikus itu tak pantas untuk disaksikan oleh
semua masyarakat yang selama ini menunggu perubahan yang mampu membantu mereka,
bukannya akting politikus tersebut.
Selain kenyataan diatas, masih banyak hal-hal
menyimpang yang terjadi dikalangan politikus di Indonesia ini. Dan yang paling
jelas terbukti adalah tindak pidana korupsi yang kerap dilakukan oleh para
aktor berjas dengan dasi tajamnya. Mereka asik merampok uang negara dengan jumlah rupiah yang
tidak sedikit. Sementara rakyat menjadi korbannya, mereka sibuk
bersenang-senang. Bahkan sepertinya untuk memiliki lamborgini pun bukan perkara
yang susah bagi mereka dengan uang yang diperoleh dari hasil rampokannya itu.
Siapakah sebenarnya yang harus bertanggung jawab
atas ini semua? Mungkin itulah pertanyaan yang harus dijawab. Namun janganlah
kita mencari kambing hitam untuk masalah ini. Biarlah untuk saat ini mereka
menikmati permainannya sampai puas. Yang harus diperhatikan sekarang adalah
melakukan perubahan dalam berbagai aspek, termasuk membentuk karakter individu
yang bersih dari sifat dan jiwa yang tak bertanggung jawab. Dan untuk
mewujudkan itu semua tentunya membutuhkan semangat persatuan bangsa ini. Juga
pastinya hal ini tidak bisa ditunda-tunda lagi.
Kembali kepada permasalahan politik di negeri
tercinta kita ini. Jika diperhatikan secara detail, sesungguhnya politikus yang
mendominasi dunia politik di tanah air ini kebanyakannya adalah orang dewasa
dalam arti sempit mereka yang sudah cukup umur dan pengalaman. Pada hakikatnya
belum dan tidak ada peraturan perundang-undangan yang menyatakan bahwa yang
boleh terjun kedunia politik hanyalah orang dewasa. Dengan kata lain para jiwa
muda pun boleh andil didalamnya. Dan mungkin inilah salah satu alternatif yang
dapat dijadikan sebagai cikal bakal untuk perubahan yang lebih baik. Generasi
muda juga sesungguhnya berkompeten dalam urusan politik. Jiwa muda bukan
berarti sempit pengalaman. Justru semangat jiwa muda itulah yang menjadi suatu
keunggulan. Maka dari itu, tidak disalahkan bagi jiwa muda untuk ikut terjun
berbincang di dunia politik karena seperti yang sudah dibicarakan diatas bahwa selama
ini belum pernah ada larangan atau fatwa haram bagi jiwa-jiwa muda untuk hal
tersebut.
Berbicara soal kemampuan, pasti saja akan ada yang
meragukannya, tapi tunggu dulu, bukan berarti tidak mampu akan selamanya tidak
mampu. Jiwa muda itu bagaikan sebuah kayu ditangan sang pengukir, yang mudah
dibentuk sesuai dengan keinginan pembuatnya. Begitu juga jiwa-jiwa muda, jika
dibentuk dengan arahan yang baik dan dibekali dengan hal-hal yang menunjang, maka
akan terbentuk suatu karakter yang ideal yang akan mampu memberikan pencerahan
bagi dunia politik di negeri ini. Dan pada dasarnya jiwa muda itu memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi.
Tengok saja sebagai contoh, bahwa sebelum merdeka
seperti ini, ketika bangsa Indonesia berusaha melepaskan diri dari penjajahan
hingga berhasil memproklamirkan kemerdekaannya, semua itu tidak lepas dari
peran serta para jiwa muda pada waktu itu. Semangatnya telah membuktikan bahwa mereka
pun mampu ikut berjajar bersama kaum yang lebih berpengalaman lainnya. Sama halnya
dengan kasus politik di negeri Pancasila ini. Ketika sedang kisruh-kisruhnya, tidak
disalahkan bagi para jiwa muda dengan semangat nasionalismenya untuk turun
tangan memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan para politikus yang tak
bertanggung jawab.
Dengan pemikirannya yang notabene dapat dibilang
masih bersih, dalam artian belum terpengaruh oleh hal-hal negatif didunia
politik, kaum muda akan mampu memberikan suatu pemrefreshan kepada kaum dewasa
yang sudah dulu terjun kedunia politik dengan berbagai permasalahan yang telah
dihadapinya. Selain itu, kaum muda juga memiliki jiwa inovasi yang sangat
tinggi. Selalu saja muncul pembaharuan - pembaharusan dari para generasi muda
ini. Dan hal tersebut tentunya akan menjadi daya pendukung bagi kaum muda untuk
bisa memberikan pembaharuannya juga di bidang politik di negeri kita ini.
Ibarat film-film laga, tentang sebuah adegan peristiwa
yang menegangkan ketika ceritanya menuju konflik yang sedang memuncak, pada
waktu itu pasti dibutuhkan seorang pahlawan yang diharapkan dapat mengubah
keadaan tersebut menuju akhir yang baik, dan seperti itulah jiwa muda juga jika
diibaratkan. Sang pengubah kondisi dimana keadaan sedang kacau-kacaunya datang
dengan niat suci untuk membawa pembaharuan menuju situasi yang lebih stabil
lagi. Dan inilah saatnya untuk melakukan perombakan terhadap pemikiran yang
selama ini memandang kaum muda dengan hanya sebelah mata. Jangan pernah anggap
remeh kaum muda dengan berbagai modal yang dimilikinya, karena sesungguhnya jiwa
muda itu kuat, jiwa muda itu cekat, jiwa muda itu layak, jiwa muda itu
kompeten, jiwa muda itu ekuivalen dengan kaum dewasa, jiwa muda itu inovatif,
jiwa muda itu kreatif, jiwa muda itu produktif, jiwa muda itu gesit, jiwa muda
itu penuh spirit, jiwa muda itu agamis, jiwa muda itu pancasilais, jiwa muda
itu nasionalis, jiwa muda itu cerdas, dan jiwa muda itu pantas sepantas
pantasnya untuk andil dalam perkancahan politik di Negara Kesatuan Republik Indonesia
tercinta ini, bersanding dengan kaum dewasa yang terdahulu.
bynafel_opini
3 komentar:
Gan bgus banget isi tulisannya :)
hadir kang. Kunbal ya. #http://mision.heck.in dan #http://misi02.mwb.im
Blog alamat ini telah dimasukan ke Blogroll.
Posting Komentar
utarakan komentar sobat