Dua Sisi, Dua Beda
Sabtu, 07 Juni 2014
0
komentar
Dua Sisi, Dua Beda
“Semua orang dilahirkan sama
kecuali para politisi” demikianlah sebuah kalimat
yang layak untuk mengawali tulisan ini. Kita tahu bahwa seseorang yang sudah
terjun kedalam dunia politik pasti memiliki sebuah tujuan didalamnya, dan itu sangat
bineka sekali, berbeda-beda namun belum tentu satu tujuan.
Kita
tahu pemilihan presiden dan wakilnya semakin didedapan mata, tidak lebih dari 32
hari lagi pesta akbar lima tahunan ini akan segera dilaksanakan. Dalam interval
tersebut, begitu banyak pemberitaan-pemberitaan yang muncul tentang sosok
presiden dan wakil prersiden baru yang akan memimpin negeri ini. Pada tanggal 1 Juni 2014 telah ditetapkan bahwa yang akan
maju ke pertarungan perebutan kursi RI-1 terdapat dua calon, yakni
Prabowo-Hatta yang diusung oleh Partai Gerindra, PAN, Golkar, PKS, PPP, dan PBB
dengan nomor urut 1 dan Jokowi-JK nomor urut 2 yang diusung oleh PDIP, PKB,
Nasdem, dan Hanura. Kedua capres-cawapres ini tentu memiliki tujuan yang sama
yakni membawa Indonesia lebih baik lagi, akan tetapi langkah yang mereka ambil memiliki
cara yang berbeda. Prabowo-Hatta mengangkat Ekonomi Kerakyatan dan Jokowi-Jk
menekankan soal berdikari Ekonomi. Selain dibidang ekonomi, dalam bidang lain
pun keduanya memiliki perbedaan, berikut penulis uraikan beda proyek Prabowo vs
Jokowi :
1. Jokowi janji bangun jalan 2.000 Km, Prabowo
3.000 Km
Jokowi, dalam visi misinya,
berjanji akan membangun infrastruktur jalan baru sepanjang 2.000 kilometer dan
memperbaiki jalan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Sementara, Prabowo
berkeinginan membangun prasarana di seluruh wilayah Indonesia: jalan dan jembatan
termasuk 3.000 km jalan raya nasional baru modern dan 4.000 km rel kereta api.
Kereta dijadikan prioritas pembangunan infrastruktur transportasi.
2. Jokowi janji bangun lahan pertanian baru 1 juta
hektare, Prabowo 2 juta hektare
Jokowi berjanji akan membangun
1 juta hektare lahan sawah baru di luar Jawa demi mewujudkan kemandirian
ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Sementara, Prabowo berniat
membangun kembali kedaulatan pangan dengan mencetak 2 juta hektare lahan baru
untuk meningkatkan produksi pangan antara lain beras, jagung, sagu, kedele dan
tebu yang dapat mempekerjakan lebih dari 12 juta orang.
3. Kawasan industri
Jokowi berjanji akan
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia
lainnya. Salah satunya dengan membangun 10 kawasan industri baru berikut
pengembangan untuk hunian buruhnya.
Prabowo hanya berjanji akan
membangun kawasan industri agar dapat menyerap 2 juta pekerja tanpa menjelaskan
detail lebih lanjut.
4. Pasar tradisional
Jokowi berkomitmen akan
membangun pasar tradisional sebanyak 5.000 pasar di seluruh Indonesia dan
memodernisasikan pasar tradisional yang telah ada.
Sementara, Prabowo hanya
berjanji melindungi, memodernisasi, merevitalisasi dan mengkonsolidasikan
belanja negara untuk program pengembangan koperasi dan UMKM dan pasar
tradisional tanpa menjelaskan berapa pasar tradisional baru akan dibangun.
5. Pelabuhan dan bandara
Jokowi akan membangun 10
pelabuhan baru dan membangun 10 bandara baru dan merenovasi yang lama dalam
rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.
Sementara, Prabowo hanya
menjelaskan akan membangun pelabuhan laut (samudera dan nusantara) dan pelabuhan
udara, listrik, dan telekomunikasi tanpa menjelaskan kuantitas pembangunan
baru.
Dari
kelima janji yang ditawarkan para
kandidat diatas dengan perbedaannya masing-masing, sepintas kita dapat
menyimpulkan bahwa dikeduanya terjadi persaingan visi-misi. Keduanya menawarkan
janji yang mungkin dapat dikatakan sebagai sesuatu yang ditunggu-tunggu. Namun yang
menjadi pertanyaan apakah kelak jika diantaranya terpilih mereka akan ingat
kesemua janjinya dan merealisasikan pidato-pidatonya yang terdahulu? Tidak
jarang fakta membuktikan bahwa janji yang diucapkan oleh seorang calon pemimpin
hanya berlaku saat janji itu diucapkan. Setelahnya mereka akan melupakan semua
itu tanpa rasa bersalah.
“Selama kampanye, angin
terisi penuh dengan pidato-pidato,
dan sebaliknya pidato hanya
berisi angin.”
Kata-kata
diatas idealnya tepat menggambarkan politik di Indonesia. Tapi jauh dari itu
penulis percaya bahwa capres periode sekarang memiliki komitmen dengan
kata-katanya. Lalu siapakah yang cocok untuk memimpin Indonesia 2014-2019?semua
orang berhak memiliki jawaban yang berbeda-beda atas pertanyaan ini. Masyarakat
bisa menilai sepak terjang keduanya. Jika melihat data, persaingan
Prabowo-Jokowi ini berlangsung sengit, elektabilitas keduanya terus naik turun
bersaing, kedua kubu terus menggalakan suara-suaranya selain kelima misi yang
telah dipaparkan diatas. Berbagai jurus dikeluarkan untuk menarik suara masyarakat.
Dalam dunia politik terdengar sebuah perkataan dari mulut Abraham Lincoln yang
mengatakan bahwa “The ballot is stronger
than the bullet”, maka tidak salah jika dalam hal ini mereka bertarung
untuk memperebutkan suara tersebut. Namun jika hanya membicarakan siapa yang
akan menang dalam pilpres tentunya ini takkan pernah dapat diketahui sebelum
pemilu itu dilaksanakan. Kita tunggu saja sembilan april mendatang, harapan
kita semoga pemimpin yang terpilih sekarang akan amanah dan dengan sepenuh hati
menjalankan tugasnya untuk bangsa Indonesia, bukan untuk faktor lain.
0 komentar:
Posting Komentar
utarakan komentar sobat