Selamatkan Sumedangku, Hapus Air Mata Tampomas
Rabu, 26 Maret 2014
0
komentar
Hallo
sobat, udah lama banget nih obby gak mosting . . . . banyak banget yang ingin
obby share. Waktu yang sempit dan kuota yang tercekik adalah penyebabnya, hee.
Oke
sobat, langsung saja pada inti permasalahannya . . . . masalah apa ya? Perasaan
pendahuluannya aja belum, hehe . . . Maklum gara-gara mikirin IPK yang kurang
memuaskan jadi kacau begini pikirannya, hhihi
Jadi
gini sob, obby nih kan orang sumedang, tahu kan sumedang?itu loh kota yang
diapit Bandung sama Kadipaten. Masih buram, hemmmm . . . tau tahu kan?nah tahu
ini adalah ciri khas kota sumedang. Udah jelas kan?
Ada
apa sih emangnya di sumedang? Nah, pasti itu yang jadi pertanyaannya. Gini
sobat, obby mulai serius nih. Perlu sobat ketahui, sumedang adalah sebuah kota
yang sangat asri, kondisi alamnya masih hijau dipenuhi pepohonan, tak sedikit
tempat yang dapat dijadikan sebagai tujuan melepas penat untuk sekedar
menghirup udara segar alam kota buludru ini. Tapi itu dulu, jauh sebelum
sekarang. Keindahan kota tahu ini kini mulai memudar seiring dengan eksploitasi
alam yang terus dilakukan. Jangan jauh-jauh kita tinjau saja di sepanjang jalan
raya yang tak pernah luput dari hadirnya lubang-lubang yang membahayakan
penggunanya. Tak sedikit yang telah menjadi korban akibat jalan yang jauh dari
kata mulus ini. Memang pemerintah daerah Sumedang tidak diam begitu saja,
mereka telah melakukan upaya untuk mengatasi semua ini. Tapi apa
result-nya?jalan yang menjadi akses utama Bandung-Cirebon ini tetap saja
kembali pada kondisi yang berlubang. Sudah berkali-kali perbaikan jalan ini
dilakukan, tapi alhasil slalu saja kembali buruk. Sebenrnya apa penyebabnya????
Beralih
dari itu kita tinjau kondisi alamnya, dulu Sumedang begitu asri, tapi sekarang
bagaikan padang pasir. Debu yang tidak sedikit selalu mengiringi setiap
harinya. Suhu kota Sumedang telah naik, panas dulu tak sepanas ini. Sebenarnya
apa penyebabnya?
Beralih
lagi pada masalah lain. Dulu didaerah-daerah kecil seperti Paseh, Cibeureum dan
Licin Cimalaka sangat gampang sekali mengenai pemenuhan kebutuhan air. Tapi
sekarang beda. Bahkan Cipanteneun yang merupakan sumber mata air untuk PDAM
dari tahun ketahun debitnya semakin menurun. Bukankah ini adalah proses menuju
kekeringan? Jika tak ada air, mana mungkin ada kehidupan. Sebenarnya apa
penyebabnya?
Satu
lagi masalah yang baru-baru ini muncul di Sumedang, KEMACETAN. Jika dulu waktu
yang dibutuhkan dari Paseh ke Sumedang kota hanya 1 jam dengan angkutan umum,
tapi sekarang dengan motor saja pernah mencapai 2 jam. Coba sobat hitung perbandingannya
jika waktu 2 jam itu adalah bukan dengan motor, tapi dengan angkutan umum. Pastilah
waktu yang dibutuhkan lebih banyak. Selain itu para pelajar pengguna jasa
angkutan umum harus ekstra lebih pagi berangkat sekolah agar tidak terlambat
menimba ilmu. Sebenarnya apa penyebabnya?
Sebenarnya
apa penyababnya, sebenarnya apa penyebab semua ini. Sudah empat kasus yang obby
paparkan, empat pertanyaan yang sama pula mengiringinya.
Jiak
berbicara logika, jikalau ada akibat pasti ada sebab sebelumnya. Begitu pula
dengan permasalahan yang melanda kota tahu ini. Dari berbagai penelitian yang
telah obby lakukan, maka obby dapat menyimpulkan bahwa penyebab yang merupakan
akar dari permasalahan ini adalah eksploitasi yang berlebihan terhadap gunung
Tampomas (klik disini untuk mengetahui tentang Gunung Tampomas). Bagaimana
tidak, setiap hari tanpa henti gunung ini diambil pasirnya dan itu bukan hanya
beberapa truk, tapi ratusan. Kita pikir saja, jika diestimasi bahwa setiap hari
ada 100 truk dengan kapasitas angkut 4 ton. Berarti sudah 400 ton pasir
berpindah dari tampomas ini. Belum mobil colt yang tak diakumulasi. Anggap saja
kita ambil 500 ton setiap harinya. Bayangkan berapa ton untuk satu bulan, atau lebih-lebih
satu tahun. Maka akan didapat hasil kasar sebesar 182500 ton. Itu hanya satu
tahun, sedangkan tampomas sudah dieksploitasi dari dulu. Hal ini tentunya
selain berdampak negatif pada tampomas sendiri, tetapi berdampak negatif pula
pada seluruh wilayah sumedang. Sumber mata air akan berkurang, jalan-jalan akan
makin rusak parah akibat sering dilalui oleh angkutan-angkutan yang begitu
beratnya. Tak pernah ada tindakan tegas dari yang berwenang, semua berlalu
seperti adanya. Kami hanya mampu menyaksikan penderitaan tanah kelahiran kami,
dan tinggal menunggu tampomas berbicara.
Sobat
sekalian, jika sobat adalah orang yang berasal dari luar Sumedang pasti sobat
akan merasa miris setelah mencoba berkunjung ke kota kami ini. Bukan kami tidak
memberikan jamuan dalam arti memberikan kenyamanan. Ini adalah bukan keinginan
kami, semua terjadi begitu saja, berawal dari kurangnya kepekaan kami sendiri
terhadap lingkungan. Suatu saat semoga kota Sumedang tercinta ini bisa
melepaskan diri dari berbagai masalah yang terus menerus membelenggunya. Hingga
kami bisa menjamu tamu dari kota luar dengan Sumedang yang “TANDANG”, Tertib,
Aman, Nyaman, Dinamis, ANGgun.
Hentikan
semua tindakan yang merugikan alam, mulailah membangun kebaikan untuk alam.
0 komentar:
Posting Komentar
utarakan komentar sobat